PENGERTIAN ERGONOMI
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Menurut Sutalaksana (1979), egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman . Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur , perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International Ergonomics Association). Ergonomic dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pulaberperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.
Sabtu, 14 Mei 2011
bimbingan konseling
Bimbingan Konseling adalah layanan/bantuan yang diberikan kepada peserta didik baik perorangan atau kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang Pribadi,Sosial,Belajar,Karir,Keluarga dan Keagamaan melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari pengertian diatas, maka hal -hal pokok dalam Bimbingan Konseling adalah:
-Bimbingan Konseling adalah kegiatan layanan/bantuan.
-Pelayanan dilakukan terhadap perorangan maupun kelompok.
-Kegiatan Layanan Bimbingan Konseling memiliki arah membantu peserta didik dapat menjalani kehidupan sehari-hari sehingga ia berkembang secara optimal.
-Bimbingan berupa Pribadi,Sosial,Belajar,Karir,Keluarga dan Keberagamaan.
-Pelayanan dilakukan Berdasarkan Satuan Layanan dan Kegiatan Pendukung.
-Pelayanan didasarkan pada norma-norma yg berlaku.
Dari pengertian diatas, maka hal -hal pokok dalam Bimbingan Konseling adalah:
-Bimbingan Konseling adalah kegiatan layanan/bantuan.
-Pelayanan dilakukan terhadap perorangan maupun kelompok.
-Kegiatan Layanan Bimbingan Konseling memiliki arah membantu peserta didik dapat menjalani kehidupan sehari-hari sehingga ia berkembang secara optimal.
-Bimbingan berupa Pribadi,Sosial,Belajar,Karir,Keluarga dan Keberagamaan.
-Pelayanan dilakukan Berdasarkan Satuan Layanan dan Kegiatan Pendukung.
-Pelayanan didasarkan pada norma-norma yg berlaku.
terminologi kesehatan
Terminologi Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun begitu, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural. Secara harfiah, konsep ini adalah suatu idealisasi yang tidak menganggap bahwa tidak tercapainya kesejahteraan yang sementara merupakan kekuatan yang mendorong perilaku manusia dalam kehidupan yang normal. Konsep ini kurang memandang kesehatan sebagai suatu proses dan tidak memiliki kesamaan dengan komponen khusus kesehatan. Meskipun demikian, dengan merubah focus terhadap aspek positif kesehatan dan memperluas lingkup dimensionalnya, definisi WHO memberikan pengaruh yang besar. Sebagai contohnya, hal ini mendorong yang lain untuk menjelaskan definisi tersebut.
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun begitu, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural. Secara harfiah, konsep ini adalah suatu idealisasi yang tidak menganggap bahwa tidak tercapainya kesejahteraan yang sementara merupakan kekuatan yang mendorong perilaku manusia dalam kehidupan yang normal. Konsep ini kurang memandang kesehatan sebagai suatu proses dan tidak memiliki kesamaan dengan komponen khusus kesehatan. Meskipun demikian, dengan merubah focus terhadap aspek positif kesehatan dan memperluas lingkup dimensionalnya, definisi WHO memberikan pengaruh yang besar. Sebagai contohnya, hal ini mendorong yang lain untuk menjelaskan definisi tersebut.
pola prilaku
Pola Perilaku
Penelitian-penelitian yang terbaru banyak dilakukan untuk meneliti factor-faktor kepribadian dan atau pola-pola perilaku sebagai factor resiko untuk penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler.
Penelitian-penelitian yang terbaru banyak dilakukan untuk meneliti factor-faktor kepribadian dan atau pola-pola perilaku sebagai factor resiko untuk penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler.
1. | Perilaku tipe A Tipe A pertama kali digambarkan secara jelas dan diukur oleh Friedman dan Rosenman di tahun 1959. aslinya hal ini digambarkan sebagai gaya perilaku dan emosi. Sekarang beberapa penulis memandang tipe A sebagai cirri sifat kepribadian yang pasti, sementara yang lain menggambarkan hal ini sebagai pola penggiatan perilaku yang kuat dan terus menerus yang biasanya merupakan dimulai dari diri sendiri. Tipe A meliputi disposisi perilaku, perilaku dan rsepon emosional yang khusus. Kebanyakan para penulis setuju dengan adanya tiga ciri-ciri utama tipe A :
| ||||||
2 kali lipat untuk mengalami CHD. Sebagai tambahan, orang-orang tipe A memiliki gaya coping terhadap stress yang berbeda dan lebih cenderung untuk menggunakan control terhadap lingkungan mereka. Bagaimanapun sejak tahun 1980-an hasil-hasil riset menjadi lebih membingungkan dan banyak peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara perilaku tipe A dan penyakit jantung koroner sama sekali. Walaupun besarnya kesulitan-kesulitan dalam pengukuran perilaku tipe A, malahan definisi operasional perlu diperkuat dan penelitian epidemiologis masa depan harus mengusahakan secara prospektif memvalidasi komponen-komponen tipe A melawan perkembangan CHD. Tipe A juga telah diteliti pada anak-anak dan remaja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tipe A lebih reaktif terhadap stress daripada anak-anak yang non tipe A. Pada umunya, anak-anak pria lebih memiliki kemungkinan meniru perilaku tipe A dan orang tua mereka daripada anak-anak perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa tipe A berkembang sebagai interaksi antara keturunan dan gaya pengasuhan. Selanjutnya Nay & Wagner mengetahui bahwa anak-anak tipe A memiliki harga diri lebih rendah, lebih eksternal locus of controlnya dan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada teman-teman yang bukan tipe A. Mekanisme coping terhadap stress dan tipe kognisi juga mungkin berbeda antara subjek tipe A dan tipe B. | |||||||
2. | Kepribadian ketabahan Hardiness Tipe kepribadian atau pola perilaku lain yang sering dibicarakan akhir-akhir ini adalah ketabahan (hardiness atau hardy personality) sebuah gagasan konsep dari kobasa. Konseptualisasinya tentang hardiness sebagai tipe kepribadian yang penting sekali pada perlawanan terhadap stress, didapat dari teori eksistensial kepribadian. Dia mulai dengan adanya perbedaan-perbedaan interpersonal dalam control pribadi dan mengkombinasikan variable ini dengan yang lain, agar dapat dihasilkan tipe kepribadian yang lebih komprehensif. Hardiness memasukkan tiga sifat dasar :
| ||||||
Hardiness dianggap menjaga seseorang tetap sehat walaupun mengalami kejadian-kejadian hidup yang penuh stress. Meskipun Kobasa sendiri dan ahli lain menekankan bukti penelitian yang kuat yang mendukung keadaan dan relevansi hardiness, ada juga banyak kritik. Kritikan yang diberikan pada kepribadian tipe A berlaku pul untuk tipe hardiness; operasionalisasi komponen tersebut nampak sulit, tidak semua dari komponen membantu prediksi hasil kesehatan (misalnya tantangan) dan masalah utama tentang perannya penengah dalam kondisi dan perilaku kesehatan seseorang tidak terjawab dengan tuntas. | |||||||
3. | Lain-lain Optimisme dan perasaan pertalian akhir-akhir ini telah untuk melihat kemampuannya dalam ramalan penyembuhan pembedaan. Keduanya ditemukan sangat mampu meramalkan perbaikan dalam aspek-aspek positif dari penyembuhan setelah mengontrol tingkat pre pembedahan. Perasaan pertalian ditemukan menjadi predictor lebih penting dari pada optimisme dalam konteks ini. Bagaimanapun kedua factor kepribadian ini tidak memprediksikan perbaikan dalam penderitaan atau nyeri, dekat dengan factor perasaan pertalian adalah konsep integrity. Sampai sekarang tipe kepribadian yang lain belum dapat dijelaskan dengan gambling seperti halnya tipe A dan tipe ketabahan. Jelaskan, ditemukan banyak overlap antara konsep tersebut dan metode ukuran kurang konsisten. Disamping itu, masih ada kebutuhan untuk penelitian prospektif yang menyelidiki kualitas interaktif dari factor kepribadian tersebut, dengan variable kepribadian lainnya dan variable lingkungan. Kami akan memberi satu contoh yang menggambarkan kompleksitas factor-faktor kepribadian tersebut. Telah dinyatakan bahwa aspek-aspek hardiness meliputi aspek optimisme. Dalam gilirannya, optimisme telah diteliti dari perspektif atribusi; beberapa pengarang menyatakan bahwa optimisme dikaitkan dengan gaya atribusi seseorang. Atribusi-atribusi pada gilirannya, dikaitkan dengan keinginan untuk mengontrol lingkungan. Dan ini sebenarnya merupakan satu dari konsep dasar hardiness. Jadi, melangkah dari satu gaya kepribadian ke gaya kepribadian lain, kita tinggal dalam lingkaran setan. Jelaslah masih perlu banyak penelitian untuk menjelaskan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dengan hasil kesehatan. |
peran psikologi klinis
Peranan Psikologi Klinis
Tugas professional seorang psikolog klinis adalah mengimplementasikan prinsip dasar psikologis klinis sebagai ilmu terapan. Berkaitan dengan tugas ini, ada beberapa peranan yang dimiliki psikolog klinis sebagai berikut :
Psikologi Kesehatan
Seperti yang kita lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam pendekatan-pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru muncul. Definisi psikologi kesehatan mencakup definisi sebagai berikut :
Tugas professional seorang psikolog klinis adalah mengimplementasikan prinsip dasar psikologis klinis sebagai ilmu terapan. Berkaitan dengan tugas ini, ada beberapa peranan yang dimiliki psikolog klinis sebagai berikut :
1. | Terapan Istilah khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umunya terapi menampilkan empat gambaran kegiatan yaitu : Membantu hubungan murni yang bersifat memelihara hubungan antara terapis dan pasien.
| ||||||
2. | Assesment Assessment adalah propses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah social dan psikologis pasien, baik menyangkut keterbatasan maupun kelebihannya. | ||||||
3. | Mengajar Mengajar adalah memberikan informasi dan pelatihan mengenai topic-topik yang termasuk ruang lingkup pengetahuan yang melandasi profesinya, seperti psikologi klinis, psikologi abnormal, dll. | ||||||
4. | Konsultasi Termasuk memberikan bimbingan bagi perseorangan, kelompok atau badan system dan organisasi untuk mengembangkan kualitas diri. Disebut konsultasi karena tujuan psikolog klinis dalam hal ini membantu pasien melalui pekerjaan atau permasalahan mereka.
|
Psikologi Kesehatan
Seperti yang kita lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam pendekatan-pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru muncul. Definisi psikologi kesehatan mencakup definisi sebagai berikut :
1. | Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini. |
2. | Penekanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso dan makro dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan. |
3. | Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan. |
psikologi klinis
Definisi Psikologis Klinis
Menurut Witemer tahun 1912 psikologis klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam psikologis klinis :
Orientasi Psikologi Klinis
Terdapat hubungan yang jelas dan dekat antara psikologi klinis dan psikologi abnormal dan kemudian tentu saja psikiatri. Tugas yang dihadapi psikologi klinis adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan aspek kepribadian. Untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis mengenai kepribadian terdapat aspek kepribadian yang perlu dipahami :
Perkembangan kemampuan mengendalikan diri terjadi sejak masa bayi. Tepatnya saat bayi mulai belajar menghadapi frustasi. Ada lima wujud pengendalian yaitu pengendalian berlebih (represi), lemah (under control), tentantif (cemas), terganggu disebut juga sebagai pengendalian yang inadequate dan pengendalian ideal (pengendalian yang melahirkan penyesuaian yang tepat).
Menurut Witemer tahun 1912 psikologis klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam psikologis klinis :
1. | Memiliki orientasi ilmiah-profesional yaitu adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap indiovidu yang menderita kecemasan. Psikologi melalui intervensi dan evaluasi psikologis. |
2. | Menampilkan kompetensi psikologi, karena psikologi klinis terlatih dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja professional. |
3. | Menampilkan kompetensi klinisi karena berusaha mengerti orang lain |
4. | Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditangani |
5. | Profesional, karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, kelompok social dan komunitas untuk memecahkan masalah. |
Orientasi Psikologi Klinis
Terdapat hubungan yang jelas dan dekat antara psikologi klinis dan psikologi abnormal dan kemudian tentu saja psikiatri. Tugas yang dihadapi psikologi klinis adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan aspek kepribadian. Untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis mengenai kepribadian terdapat aspek kepribadian yang perlu dipahami :
1. | Motivasi Adalah kebutuhan psikologi yang telah memiliki corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara yaitu senantiasa dalam keadaan seimbang. Pada awalnya kebutuhan itu hanya berupa kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu vector yang disebut motivasi karena memiliki kekuatan dan arah. |
2. | Kapasitas Kapasitas adalah karakteristik individu yang adjustic, termasuk dalam hal adalah kapasitas intelektual untuk mencapai tujuannya sendiri dan untuk tuntutan yang dikehendaki lingkungan. Pentingnya pemahaman mengenai kapasitas ini bagi psikologi klinis adalah untuk memperkirakan dalam bidang apa saja dan seberapa kuat individu memiliki sumber stress, baik dalam keadaan frustasi, konflik maupun tertekan. |
3. | Pengendalian Yang dimaksud dengan pengendalian adalah proses yang dilakuakan individu saat menggunakan kapasitasnya dan mengekang motivasi impulsive ke dalam saluran yang berguna bagi penyesuian dirinya, yang secara social diterima. |
Perkembangan kemampuan mengendalikan diri terjadi sejak masa bayi. Tepatnya saat bayi mulai belajar menghadapi frustasi. Ada lima wujud pengendalian yaitu pengendalian berlebih (represi), lemah (under control), tentantif (cemas), terganggu disebut juga sebagai pengendalian yang inadequate dan pengendalian ideal (pengendalian yang melahirkan penyesuaian yang tepat).
bulimia nervosa
Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa
DEFINISI
Bulimia Nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan:
- episode berulang dari binge (makan dalam jumlah yang banyak), yang diikuti dengan memuntahkannya (baik dirangsang oleh penderita sendiri maupun dengan obat pencahar, diuretik (peluruh kemih) atau keduanya)
- diet yang sangat ketat
- olah raga yang berlebihan untuk mengatasi efek dari binge.
Sebagian besar penderita adalah wanita, sangat peduli akan bentuk tubuh dan berat badan dan termasuk golongan sosial-ekonomi menengah ke atas.
PENYEBAB
Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya bulimia nervosa adalah:
- masalah keluarga
- perilaku maladaptif
- pertentangan identitas diri
- budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.
GEJALA
Binge merupakan suatu keadaan dimana ketika kehilangan kendali, penderita mengkonsumsi sejumlah besar makanan dengan cepat.
Binge seringkali diikuti dengan muntah, diet yang ketat dan olah raga yang berlebihan.
Jumlah makana yang dimakan selama binge, bisa sangat banyak atau biasa saja.
Stres emosional seringkali memicu terjadinya binge, yang biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bulimia mencerminkan kekhawatiran akan kegemukan (obesitas) dan beberapa penderitanya mengalami obesitas, tetapi berat badan mereka cenderung turun-naik di sekitar berat badan normal.
Perangsangan muntah (dengan memasukkan tangan/benda ke dalam tenggorokan) bisa menyebabkan:
- pengikisan email gigi
- pembengkakan kelenjar ludah di pipi (kelenjar parotis)
- peradangan kerongkongan.
Muntah dan pemakaian pencahar bisa menyebabkan berkurangnya kadar kalium dalam darah, sehingga terjadi gangguan irama jantung.
Penderita cenderung lebih waspada dan merasa sangat menyesal atau merasa bersalah akan perilakunya.
Mereka menyadari kelainan tersebut dan menemui dokter untuk berobat.
Biasanya penderita masih bisa bersosialisasi.
Mereka juga cenderung memiliki perilaku impulsif, menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan serta jelas-jelas mengalami depresi.
DIAGNOSA
Seseorang dikatakan menderita bulimia jika melakukan binge dan muntah minimal 2 kali/minggu.
Petunjuk lainnya untuk penderita bulimia adalah:
- sangat khawatir akan penambahan berat badan dan berat badanya turun-naik dalam kisaran yang luas
- pemakaian obat pencahar secara berlebihan
- pembengkakan kelenjar ludah di pipi
- jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah
- pengikisan email gigi karena asam lambung
- kadar kalium yang rendah dalam darah.
PENGOBATAN
Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia:
Terapi psikis (psikoterapi)
Obat-obatan.
Obat anti-depresi seringkali bisa membantu mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi. Tetapi bulimia akan kambuh kembali jika pemakaian obat dihentikan.
pengertian anorexia
ANOREKSIA NERVOSA
PENDAHULUAN
Setiap orang saat ini terlihat begitu memperhatikan berat badan dan karena kebanyakan orang pernah melakukan diet setidaknya sekali, sangat susah untuk menyatakan diet yang normal dan mana diet yang dapat membahayakan dan kebahagiaan.
Apalagi tahap awal dari suatu gangguan makan bisa sangat susah untuk didiagnosa, kapan suatu diet menjadi suatu masalah kesehatan dan emosi? Kapan kehilangan berat badan menjadi patologi? Menjawab pertanyaan ini sangat susah, terutama apabila orang tersebut belum kehilangan berat badan yang berarti untuk didiagnosa klinis. Bagaimanapun, pertanyaan tersebut penting, semakin awal gangguan makan ditangani, makin besar kemungkinan sembuh. Jika tanda dan gejala dari gangguan makan ini dibiarkan sampai menjadi kebiasaan, orang harus berjuang bertahun-tahun untuk sembuh (1)
DIFINISI
Anoreksia nervosa merupakan salah satu sindroma yang amat khas mengenai gangguan somatik yang penyebabnya berasal dari faktor psikis. Anoreksia nervosa merupakan satu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh dan membatasi jumlah makanan dengan amat ketat.
Dewasa ini pengertian anoreksia nervosa lebih banyak diartikan sebagai peristiwa penolakan makan seseorang, yang biasanya oleh gadis remaja, karena ia takut menjadi gemuk atau oleh karena sebab histerik lainnya.(2 )
ETIOLOGI
Faktor biologi, sosial dan psikologi terlibat dalam penyebab dari anoreksia nervosa.
Faktor biologi
Opiat endogen mungkin memberikan konstribusi pada penyangkaan dan keadaan lapar pasien anoreksia nervosa. Penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan berat badan yang berarti pada beberapa pasien yang diberi opiat antagonis.
Kelaparan menghasilkan beberapa perubahan biokimia, yang sebagian juga ada pada pasien depresi, seperti hiperkortikolemia dan non supresi dari dexamethason.
Fungsi tiroid juga tertekan, kelainan ini hanya bisa dikoreksi dengan kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan amenorrhea yang menunjukkan kadar hormon (luitenizing hormon, FSH, gonadotropin, realising hormon). Meskipun begitu, beberapa pasien anoreksia nervosa menderita amenorrhea sebelum kehilangan berat badan yang signifikan.
Faktor sosial
Pasien anoreksia nervosa menemukan dukungan atas perilaku mereka dan pandangan masyarakat akan kekurusan tubuh dan olah raga. Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah hubungannya dengan keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan.
Faktor psikososial dan psikodinamik
Anoreksia nervosa adalah sebagai suatu reaksi dari tuntutan remaja untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi sosial dan sexual mereka.
Pasien anoreksia nervosa umumnya kurang percaya diri, banyak dari mereka merasa tubuh mereka dibawah kontrol orang tua mereka. Melaporkan diri sendiri mungkin merupakan usaha untuk mendapat pengakuan sebagai orang yang spesial dan unik.
Klinis psikoanalitik yang mengobati pasien anoreksia nervosa umumnya setuju bahwa pasien-pasien muda tidak dapat berpisah secara psikologi dengan ibu mereka.
Pasien-pasien anoreksia nervosa merasa keinginan makan adalah suatu kerakusan dan tidak bisa diterima, oleh karena itu, keinginan tersebut harus diabaikan. Orang tua merespon hal ini dengan ketakutan apakah anak mereka akan makan dan pasien mengabaikan ketakutan orang tua mereka. (1,3)
DIAGNOSA
Onset anoreksia nervosa biasanya umur 10 tahun dan 30 tahun. Pasien diluar range ini tidak tipikal, jadi diagnosa untuk pasien ini masih dipertanyakan. Setelah umur 13 tahun, onsetnya meningkat sangat cepat. Maksimum pada usia 17 tahun sampai 18 tahun sekitar 85 % dari pasien anoreksia nervosa, onsetnya antara umur 13 tahun dan 20 tahun.(1,3)
Dalam pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa edisi ke III (PPDGJ – III). Pedoman diagnostik anoreksia nervosa :
Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan hal-hal seperti dibawah ini :
a. Berat badan tetap dipertahankan 15 % dibawah yang seharusnya (baik yang berkurang maupun yang tidak pernah dicapai) atau Quatelet’s body – mass index : adalah 17,5 atau kurang [Quatelet’s body – mass index = berat (Kg) / tinggi (M2)].
Pada penderita pria pubertas bisa saja gagal mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan.
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-hal yang berikut ini :
Merangsang muntah oleh diri sendiri.
Menggunakan pencahar.
Olah raga berlebihan.
Memakai obat penekan nafsu makan dan atau diuretika.
c. Terdapat distorsi “ body image” dalam bentuk psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
d. Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalmic-pituitary ayis, dengan manifestasi pada wanita sebagai amenorrhea dan pada pria sebagai kehilangan minat dan potensi seksual. (Suatu kecualian adalah perdarahan vagina yang menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima terapi hormon, umumnya dalam bentuk pil, kontrasepsi), juga dapat terjadi kenaikan hormon pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan metabolisme periperal dan hormon tiroid dan sekresi insulin abnormal.
e. Jika onsetnya terjadi pada masa prepubertas, perkembangan puber tertunda atau dapat juga tertahan (pertumbuhan berhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenorrhea primer, pada anak laki-laki genitalianya tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.(2,3,4)
DIAGNOSA BANDING
Klinis harus yakin bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang dapat menyebabkan kehilangan berat badan (contoh, tumot otak atau kanker).
Kehilangan berat badan, kebiasaan makan yang aneh, dan muntah dapat terjadi pada beberapa gangguan mental, gangguan depresi, dan anoreksia nervosa mempunyai beberapa gejala yang sama seperti perasaan depresi, musim-musim menangis, gangguan tidur, sering merenung, dan kadang-kadang pikiran bunuh diri. Bagaimanapun juga kedua gangguan tersebut memiliki beberapa gejala yang berbeda. Umumnya pasien dengan gangguan depresi mengalami penurunan nafsu makan, pasien anoreksia nervosa mengklaim memiliki nafsu makan normal dan merasa lapar.
Hanya pada stadium yang parah dari anoreksia nervosa pasiennya mengalani penurunan nafsu makan. Preokupasi dengan kandungan kalori makan, resep, ahli dalam mencicipi makanan di pesta, tipikal pada pasien anoreksia nervosa. Dan pada gangguan depresi pasien tidak takut akan kegemukan atau gangguan citra tubuh, seperti pada anoreksia nervosa.
Anoreksia nervosa harus dibedakan dari bulimia nervosa, suatu gangguan dimana terdapat episode Ginge-eating diikuti mood yang terdepresi, mencela diri sendiri dan menginduksi muntah. Terjadi ketika pasien mempertahankan berat mereka dibawah berat badan normal. Lebih jauh lagi pada pasien bulimia nervosa, pasien jarang kehilangan 15 % berat badan mereka.(1,5)
PROGNOSA
Perjalanan penyakit anoreksia nervosa bervariasi, tumbuh spontan tanpa pengobatan sembuh setelah terapi yang bervariasi, berat badan yang turun naik diikuti relaps, penyakit yang secara berangsur-angsur memburuk dan berakhir dengan kematian akibat komplikasi dari kelaparan. Secara umum, prognosa tidak bagus, penelitian menunjukkan tingkat mortalitas antara 5-18 %.
Indikasi bahwa penyakit sudah membaik adalah pangakuan akan kelaparan, berkurang penyangkalan, ketidakdewasaan yang berkurang dan membuktikan penghargaan terhadap diri sendiri. 30 – 50 % dari pasien anoreksia nervosa memiliki gejala bulimia nervosa, dan biasanya gejala bulimia terjadi kurang dari 1 ½ tahun setelah timbulnya anoreksia nervosa.(3)
PENATALAKSANAAN
Terapi yang menyeluruh dibutuhkan untuk menangani kasus anoreksia nervosa, termasuk didalamnya hospitalisasi jika dibutuhkan dan psikoterapi terhadap individu dan keluarganya.
Hospitalisasi
Pertimbangan utama dalam penanganan anoreksia nervosa adalah mengembalikan keadaan gizi pasien, sebab dehidrasi, kelaparan dan gangguan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Bahkan pada beberapa kasus, kematian, keputusan untuk menghospitalisasi pasien didasarkan pada kondisi medis umum pasien dan menjamin kerja sama pasien.(2)
Psikoterapi
Mayoritas pasien anoreksia nervosa membutuhkan intervensi yang berlanjut setelah keluar dari rumah sakit. Bahkan dalam kasus yang kurang parah. Hospitalisasi bahkan tidak dibutuhkan karena kebanyakan pasien mengalami gangguan pada masa remaja tetapi keluarga adalah bagian dari rencana terapi. Meskipun psikodinamik terapi tidak dibutuhkan pada tingkatan awal terapi, terutama jika pasien anoreksia nervosa dalam kelaparan.
Psikoterapi yang berorientasi pada insight hanya berguna pada pasien anoreksia nervosa yang telah stabil.(2)
Terapi biologis
Anti depresiva sering digunakan dan sering berguna. Siproheptadin (periactin) mungkin membantu, karena khasiat samping yang menambah berat badan. Anti depresiva sertonik seperti fluaksetin (prozae), sertralin (zoloft) dan paroksetin (paxil) mungkin dapat membantu.(3)
Beberapa bukti menunjukkan elektrokonvulsiva terapi (ECT) berguna bagi kasus-kasus tertentu anoreksia nervosa dan gangguan depresi mayor.(2)
KESIMPULAN
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling banyak terjadi pada anak gadis remaja dan wanita muda dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti biologi, sosial dan psikososial.
Diperlukan terapi yang menyeluruh dalam penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk didalamnya hospitalisasi, psikoterapi dan terapi biologis.
pengertian trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative,
gangguan kecemasan
Archive for the ‘Gangguan Kecemasan’ Category
0
Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain: Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung berdegup kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering buang air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen Ciri Kognitif 1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri [...]
anak dengan gangguan ini mengalami gangguan hebat ketika dipisahkan dari rumah atau dari orang yang mereka sayangi. Mereka seringkali perlu tahu dimana orang–orang dan terlalu sibuk dengan rasa takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi baik terhadap mereka atau terhadap orang yang mereka kasihi. Bepergian sendiri membuat mereka tidak nyaman, dan mereka bisa menolak untuk [...]
Karena seorang anak yang memiliki gangguan ini seringkali menghindari sekolah, sebuah tujuan segera pada pengobatan memungkinkan anak tersebut untuk kembali ke sekolah. Dokter, orangtua, dan anggota sekolah harus bekerja sebagai tim untuk memastikan anak tersebut segera kembali ke sekolah. Psikoterapi pribadi dan keluarga dan obat-obatan yang mengurangi kegelisahan bisa memainkan sebuah peranan penting.
DEFINISI Gangguan kecemasan berpisah ditandai dengan kegelisahan berlebihan mengenai jauh dari rumah atau terpisah dari orang atau kepada anak yang di sayangi. Beberapa tahap kecemasan berpisah adalah normal dan dialami hampir setiap anak-anak, khususnya pada anak yang sangat kecil. Sebaliknya, gangguan kecemasan berpisah adalah kegelisahan berlebihan yang melebihi apa yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak. [...]
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, [...]
(gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu.
obsesif kompulsif
A. Konsep Dasar Gangguan Obsesif-Kompulsif
1. Pengertian
a. Obsesif
- Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
- Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)
b. Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40-41)
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
2. Faktor Predisposisi dan Prepitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya gangguan proses pikir obsesif dan kompulsif adalah :
a. Faktor Biologis
- Neurotransmiter
Suatu disregulasi serotinin adalah terlibat dalam pembentukan gejala obsesif dan kompulsif dari gangguan . Data menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi neurotransmitter lain.
- Penelitia Pencitraan Otak
Dengan mennggunakan PET (Positron emession Tomography) ditemukan peningkatan aktivitas (sebagai contohnya ; metabolisme dan aliran darah) dilobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
Dengan menggunakan tomografi komputer (CT) dan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
- Genitika
Pada penelitian kesesuain pada anak kembar untuk gangguan obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.
b. Faktor Prilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesif adalah stimuli yang dibiasakan. Stimuli yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan, melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang tebiasakan yang mamapu menimbulkan kecemasan atau gangguan. Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda, seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional.
c. Faktor Psikososial
Faktor Keperibadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan keperibadian obsesif-kompulsif . Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid ; dengan demikian, sejak keperibadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.
Faktor Psikodinamika
Sigmud Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
1. Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek dan impuls yang mencetuskan kecemasan.
2. Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau menentuksn akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.
3. Pembentukan Reaksi (Raction Formation)
Pembentukan Reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang asecara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls ; yaitu fungsi ego dan juga fumgsi id, dipengaruhi oleh regresi yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.
Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang menebabkan stress karena tidakefektifnya koping individu terhadap stress tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Obsesif dan Kompulsif memiliki ciri tertentu, secara umum diantaranya :
1. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus menerus kedalam kesadaran sesorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman sseseorang tentang dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tiak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari smua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 % dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional.
Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian juga pada anak-anak remaja.
4. Pemerikasaan Status Mental
Pada pemerikasaan status mental, pasien gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan gejalagg defresif. Gejala tersebut ditemukan pada kira-kira 50 % dari semua pasien. Beberapa pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki karakter/sifat yang mengarahkan pada gangguan keperibadian obsesif-kompulsif , tetapi sebagian besar tidak.
5. Penatalaksanaan
Pernilaian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmakoterafi atau terapi perilaku atau kombinasiadl efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif-kompulsif .
a. Farmakoterafi
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonim (sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitorambilan kembali spesifik serotonin (SSRI : serotonin-spesifik Reuptake Inhibitor), seperti flouxitine (Prozac) dan selanjutnya pindah kestrategi farmakologis lain jika obat spesifik serotinin adalah tidak efektif.
b. Terapi Prilaku
Beberapa data menyatakan bhwa efek terapi perilaku lebih bermamfaat dan berlangsung lama jika dibandingkan dengan farmakoterapi. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah penerapan dan pencegahan respon. Desensititasi menghentikan pikiran, pembanjiran , tetapi implosi, dan pembiasaan tegas juga terlah digumnakan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.
c. Terapi Lain
Terapi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi untuk yang sangat kebal terhadap pengobatan terapi elektrokonvulsy (ECT) dan bedah psiko.
6. Perjalan Penyakit dan Prognosisnya
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset gejal yang tiba-tiba. Kira-kira 50% -70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebakan sters. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, maka sering kali telambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang untuk perhatian psiaktrik, walaupun ketrlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran atau gangguan tersebut duiantara orang awam dan professional. Perjalan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi ; beberapa pasien mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami perjalan penyakit yang konstan.
Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan defresi berat dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu perawata di rumah sakit, gangguan desfresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi dan adanya gangguan keperibadian (terutama gangguan keperibadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien, isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama, nomor rekam medik, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien dan keluarga tentang penyebab klien datang ke rumah sakit. Bagaimana koping keluarga yang sudah dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini.
c. Faktir predisposisi
Dapat dilaksanakan pengkajian pada keluarga, meliputi :
1. Riwaayat gangguan jiwa dimasa lalu.
2. Pengobatan yang pernah dilakukan.
3. Riwayat adanya peningkatan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga atau tindak kriminal, baik itu dilakukan, dialami atau disaksikan oleh klien.
4. Anggota keluarga yang memiliki perawatan gangguan jiwa.
d. Aspek Psikososial
Meliputi :
1. Pembuatan genogram minimal tiga generasi yang mengambarkan hubungan klien dengan keluarga.
2. Konsep diri ; ciri tubuh, identitas peran, ideal diri, dan harga diri.
3. Hubungan sosial ; data mengenai orang terdekat dengan klien, kegitan masyrakat yang pernah di ikuti klien.
4. Spritual ; pandangan, nilai dan keyakinan klien tentang gangguan jiwa sesuai dengan agamanya, kegitan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
e. Status Mental
1. Penampilan ; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2. Pembicaraan ; cepat, keras, gugup, membisu, apatis, lambat, inkoheren atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik ; kegelisahan, kelesuan, ketegaangan, agitasi, tremor, atau konpulsif.
4. Alam perasaan ; sedih, gembira, putus asa, ketakutan atau khawatir.
5. Afek ; datar, tumpul, labil dan tidak sesuai.
6. Iteraksi selama wawancara ; bermusuhan, tidak koperatif, kontak mata, defensif, curiga, mudah tersinggung.
7. Persepsi ; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya
8. Proses pikir ; kurang sirkumtansial, kongensial, kehilangan, asosiasi, flight of ideas, bloking, persekremasi.
9. Isi pikir ; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait, pikiran magis, waham.
10. Tingkat kesadaran ; binging, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
f. Kebutuhan kesiapan pulang
Observasi kemampuan klien untuk kebutuhan personal hygiene, makan, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dam diluar rumah.
g. Mekanisme koping
Kaji koping adaftif dan maladaftif yang biasa klien gunakan.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara klien maupun keluarga tentang penyakit jiwa. Faktor predisposisi, koping, system pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
i. Aspek medik
Menulis diagnosa medis menurut analisis dokter serta obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
2. Analisis Data / Pengelompokan Data
Data yang didapat kemudian dikelompokan menjadi :
a. Data Subjektif (DS)
Klien mengungkapkan secara berulang kali tentang adanya isi pikiran yang kokoh ataupun pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu (obsesif).
b. Data Objektif (DO)
Terlihat adanya kegelisahan untuk menyalurkan obsesifnya (kompulsi). Adanya gangguan terhadap aktivitas/rutinitas normal. Tempat aktivitas motori ygn dilakukan berulang-ulang. Afek terlihat tumpul bahkan tidak sesuai.
3. Diagnosa Keperawatan
Maslah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan masalah utama ; perubahan proses pikir ; obsesif :
a. Gangguan aktivitas
b. Perubahan Proses pikir ; obsesif-kompulsif
c. Gangguan mkonsep diri ; harga diri rendah.
d. Tidakefektifnya koping individu.
1. Pengertian
a. Obsesif
- Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
- Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)
b. Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40-41)
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
2. Faktor Predisposisi dan Prepitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya gangguan proses pikir obsesif dan kompulsif adalah :
a. Faktor Biologis
- Neurotransmiter
Suatu disregulasi serotinin adalah terlibat dalam pembentukan gejala obsesif dan kompulsif dari gangguan . Data menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi neurotransmitter lain.
- Penelitia Pencitraan Otak
Dengan mennggunakan PET (Positron emession Tomography) ditemukan peningkatan aktivitas (sebagai contohnya ; metabolisme dan aliran darah) dilobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
Dengan menggunakan tomografi komputer (CT) dan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
- Genitika
Pada penelitian kesesuain pada anak kembar untuk gangguan obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.
b. Faktor Prilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesif adalah stimuli yang dibiasakan. Stimuli yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan, melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang tebiasakan yang mamapu menimbulkan kecemasan atau gangguan. Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda, seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional.
c. Faktor Psikososial
Faktor Keperibadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan keperibadian obsesif-kompulsif . Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid ; dengan demikian, sejak keperibadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.
Faktor Psikodinamika
Sigmud Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
1. Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek dan impuls yang mencetuskan kecemasan.
2. Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau menentuksn akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.
3. Pembentukan Reaksi (Raction Formation)
Pembentukan Reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang asecara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls ; yaitu fungsi ego dan juga fumgsi id, dipengaruhi oleh regresi yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.
Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang menebabkan stress karena tidakefektifnya koping individu terhadap stress tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Obsesif dan Kompulsif memiliki ciri tertentu, secara umum diantaranya :
1. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus menerus kedalam kesadaran sesorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman sseseorang tentang dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tiak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari smua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 % dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional.
Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian juga pada anak-anak remaja.
4. Pemerikasaan Status Mental
Pada pemerikasaan status mental, pasien gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan gejalagg defresif. Gejala tersebut ditemukan pada kira-kira 50 % dari semua pasien. Beberapa pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki karakter/sifat yang mengarahkan pada gangguan keperibadian obsesif-kompulsif , tetapi sebagian besar tidak.
5. Penatalaksanaan
Pernilaian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmakoterafi atau terapi perilaku atau kombinasiadl efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif-kompulsif .
a. Farmakoterafi
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonim (sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitorambilan kembali spesifik serotonin (SSRI : serotonin-spesifik Reuptake Inhibitor), seperti flouxitine (Prozac) dan selanjutnya pindah kestrategi farmakologis lain jika obat spesifik serotinin adalah tidak efektif.
b. Terapi Prilaku
Beberapa data menyatakan bhwa efek terapi perilaku lebih bermamfaat dan berlangsung lama jika dibandingkan dengan farmakoterapi. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah penerapan dan pencegahan respon. Desensititasi menghentikan pikiran, pembanjiran , tetapi implosi, dan pembiasaan tegas juga terlah digumnakan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.
c. Terapi Lain
Terapi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi untuk yang sangat kebal terhadap pengobatan terapi elektrokonvulsy (ECT) dan bedah psiko.
6. Perjalan Penyakit dan Prognosisnya
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset gejal yang tiba-tiba. Kira-kira 50% -70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebakan sters. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, maka sering kali telambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang untuk perhatian psiaktrik, walaupun ketrlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran atau gangguan tersebut duiantara orang awam dan professional. Perjalan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi ; beberapa pasien mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami perjalan penyakit yang konstan.
Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan defresi berat dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu perawata di rumah sakit, gangguan desfresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi dan adanya gangguan keperibadian (terutama gangguan keperibadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien, isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama, nomor rekam medik, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien dan keluarga tentang penyebab klien datang ke rumah sakit. Bagaimana koping keluarga yang sudah dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini.
c. Faktir predisposisi
Dapat dilaksanakan pengkajian pada keluarga, meliputi :
1. Riwaayat gangguan jiwa dimasa lalu.
2. Pengobatan yang pernah dilakukan.
3. Riwayat adanya peningkatan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga atau tindak kriminal, baik itu dilakukan, dialami atau disaksikan oleh klien.
4. Anggota keluarga yang memiliki perawatan gangguan jiwa.
d. Aspek Psikososial
Meliputi :
1. Pembuatan genogram minimal tiga generasi yang mengambarkan hubungan klien dengan keluarga.
2. Konsep diri ; ciri tubuh, identitas peran, ideal diri, dan harga diri.
3. Hubungan sosial ; data mengenai orang terdekat dengan klien, kegitan masyrakat yang pernah di ikuti klien.
4. Spritual ; pandangan, nilai dan keyakinan klien tentang gangguan jiwa sesuai dengan agamanya, kegitan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
e. Status Mental
1. Penampilan ; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2. Pembicaraan ; cepat, keras, gugup, membisu, apatis, lambat, inkoheren atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik ; kegelisahan, kelesuan, ketegaangan, agitasi, tremor, atau konpulsif.
4. Alam perasaan ; sedih, gembira, putus asa, ketakutan atau khawatir.
5. Afek ; datar, tumpul, labil dan tidak sesuai.
6. Iteraksi selama wawancara ; bermusuhan, tidak koperatif, kontak mata, defensif, curiga, mudah tersinggung.
7. Persepsi ; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya
8. Proses pikir ; kurang sirkumtansial, kongensial, kehilangan, asosiasi, flight of ideas, bloking, persekremasi.
9. Isi pikir ; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait, pikiran magis, waham.
10. Tingkat kesadaran ; binging, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
f. Kebutuhan kesiapan pulang
Observasi kemampuan klien untuk kebutuhan personal hygiene, makan, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dam diluar rumah.
g. Mekanisme koping
Kaji koping adaftif dan maladaftif yang biasa klien gunakan.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara klien maupun keluarga tentang penyakit jiwa. Faktor predisposisi, koping, system pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
i. Aspek medik
Menulis diagnosa medis menurut analisis dokter serta obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
2. Analisis Data / Pengelompokan Data
Data yang didapat kemudian dikelompokan menjadi :
a. Data Subjektif (DS)
Klien mengungkapkan secara berulang kali tentang adanya isi pikiran yang kokoh ataupun pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu (obsesif).
b. Data Objektif (DO)
Terlihat adanya kegelisahan untuk menyalurkan obsesifnya (kompulsi). Adanya gangguan terhadap aktivitas/rutinitas normal. Tempat aktivitas motori ygn dilakukan berulang-ulang. Afek terlihat tumpul bahkan tidak sesuai.
3. Diagnosa Keperawatan
Maslah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan masalah utama ; perubahan proses pikir ; obsesif :
a. Gangguan aktivitas
b. Perubahan Proses pikir ; obsesif-kompulsif
c. Gangguan mkonsep diri ; harga diri rendah.
d. Tidakefektifnya koping individu.
pengertian demensia
Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.
Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.
Kesimpulan
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan. Memahami kondisi penderita dan merawat dengan sabar adalah peran penting keluarga yang salah satu anggotanya menderita demensia.
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.
Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.
Kesimpulan
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan. Memahami kondisi penderita dan merawat dengan sabar adalah peran penting keluarga yang salah satu anggotanya menderita demensia.
penularan HIV
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV [3], tetapi banyak ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV [4].
Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December 2004).
Wabah ini tidak merata di wilayah-wilayan tertentu karena ada negara-negara yang lebih menderita daripada yang lainnya. Bahkan pada tingkatan negara pun ada perbedaan tingkatan infeksinya pada daerah-daerah yang berlainan. Jumlah orang yang hidup dengan HIV terus meningkat di semua bagian dunia, meskipun telah dilakukan berbagai langkah pencegahan yang ketat.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktik menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana (Bentwich et al., 1995). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa 25% unit darah yang ditransfusikan di Afrika tidak dites untuk HIV, dan bahwa 10% infeksi HIV di benua itu terjadi lewat darah. [5].
Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius lewat jarum suntik, hubungan seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih kurang memadai.
sumber: wikipedia
Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December 2004).
Wabah ini tidak merata di wilayah-wilayan tertentu karena ada negara-negara yang lebih menderita daripada yang lainnya. Bahkan pada tingkatan negara pun ada perbedaan tingkatan infeksinya pada daerah-daerah yang berlainan. Jumlah orang yang hidup dengan HIV terus meningkat di semua bagian dunia, meskipun telah dilakukan berbagai langkah pencegahan yang ketat.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktik menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana (Bentwich et al., 1995). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa 25% unit darah yang ditransfusikan di Afrika tidak dites untuk HIV, dan bahwa 10% infeksi HIV di benua itu terjadi lewat darah. [5].
Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius lewat jarum suntik, hubungan seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih kurang memadai.
sumber: wikipedia
HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama Sel T CD4+ dan makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.
sumber:wikipedia
sumber:wikipedia
mazhab
Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.[1]
sumber : wikipedia
sumber : wikipedia
pengertian ta'aruf
pengertian taaruf
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.
Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
Perbedaan taaruf dengan pacaran
Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.
Proses taaruf
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi, taaruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.Tujuan taaruf
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting. Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.
Manfaat Taaruf
Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, nge-date dan seterusnya dengan menggunakan alasan taaruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran, sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami-istri ini.poligami
Pengertian Poligami
Poligami ialah mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang sama. Berpoligami atau menjalankan (melakukan) poligami sama dengan poligini yaitu mengawini beberapa wanita dalam waktu yang sama.
Drs. Sidi Ghazalba mengatakan bahwa Poligami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu orang perempuan. Lawannya adalah poliandri, yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa orang laki-laki.
Sebenarnya istilah poligami itu mengandung pengertian poligini dan poliandri. Tetapi karena poligami lebih banyak dikenal terutama di Indonesia dan negara-negara yang memakai hukum Islam, maka tanggapan tentang poligini ialah poligami. (3)
Tantangan orientalis terhadap Poligami
Para orientalis mengklaim bahwa poligami itu merupakan produk ajaran Islam. Dengan tujuan menteror produk dan menghina ajaran Islam, mereka banyak mengemukakan segi-segi negatif dalam berpoligami.
Kalau kita mengkaji sejarah, maka akan terbuka bahwa masalah poligami itu sudah sejak lama sebelum Islam datang. Bahkan poligami itu merupakan warisan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, sampai pada masa Martin Luther, seorang penganjur besar Protestan, tidak nampak adanya larangan poligami. Tujuan tersebut dapat dijawab dengan beberapa bukti sejarah, bahwa poligami sudah berjalan lama sebelum Islam datang, sebagai berikut:
Westernak berkata: "Poligami dengan sepengetahuan Dewan Gereja itu berjalan sampai abad ke 17 M."
Pada tahun 1650 M Majelis Tinggi Perancis mengeluarkan edaran tentang diperbolehkannya seorang laki-laki mengumpulkan dua orang isteri. Surat edaran itu dikeluarkan karena kurangnya kaum laki-laki akibat perang 30 tahun terus menerus.
Agama Yahudi memperbolehkan poligami yang tidak terbatas. Kenyataannya Nabi Yakub, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman mempunyai banyak isteri. Nabi Ibrahim juga mempunyai dua orang isteri Hajar dan Sarah.
Penduduk asli Australia, Amerika, Cina, Jerman dan Sisilia terkenal sebagai bangsa yang melakukan poligami sebelum datangnya agama masehi. Poligami yang mereka lakukan tanpa adanya batas dan tanpa adanya syarat-syarat keadilan terhadap beberapa isterinya.
Ahli pikir Inggris Harbert Sebenser dalam bukunya "Ilmu Masyarakat" menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, wanita diperjualbelikan atau digadaikan bahkan dipinjamkan. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh gereja dan berjalan sampai pertengahan abad 11 M.(4)
Dengan ini jelas bahwa poligami sudah menjadi kebudayaan pada masa sebelum Islam datang.
Melihat kenyataan yang jelas-jelas merendahkan martabat kaum wanita itu, maka Islam melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulnya, membenahi dan mengadakan penataan terhadap adat istiadat yang benar-benar tidak mendatangkan kemaslahatan dan meneruskan adat kebiasaan yang menjunjung tinggi martabat manusia, dalam hal ini termasuk masalah poligami yang tidak terbatas. Islam membolehkan poligami dengan syarat adil. Hal ini demi menjaga hak dan martabat wanita.
Hukum Poligami dalam Islam
Menurut Mahmud Syaltut --mantan Syekh Al-Azhar--, hukum poligami adalah mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para isteri. Jika terdapat kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya penganiayaan dan untuk melepaskan diri dari kemungkinan dosa yang dikhawatirkan itu, dianjurkan bagi kaum laki untuk mencukupkan beristeri satu orang saja. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa kebolehan berpoligami adalah terkait dengan terjaminnya keadilan dan tidak terjadinya penganiayaan (5) yaitu penganiayaan terhadap para isteri.
Zyamahsyari dalam kitabnya tafsir Al Kasy-syaaf mengatakan, bahwa poligami menurut syari'at Islam adalah suatu rukhshah (kelonggaran) ketika darurat. Sama halnya dengan rukhshah bagi musafir dan orang sakit yang dibolehkan buka puasa Ramadhan ketika dalam perjalanan. Darurat yang dimaksud adalah berkaitan dengan tabiat laki-laki dari segi kecenderungannya untuk bergaul lebih dari seorang isteri. Kecenderungan yang ada pada diri seorang laki-laki itulah seandainya syari'at Islam tidak memberikan kelonggaran berpoligami niscaya akan membawa kepada perzinaan, oleh sebab itu poligami diperbolehkan dalam Islam. (6)
Dasar hukum poligami disebutkan dalam surat an-Nisa' ayat 3 yang artinya:
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya." (7)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa para wali yatim boleh mengawini yatim asuhannya dengan syarat harus adil, yaitu harus memberi mas kawin kepadanya sebagaimana ia mengawini wanita lain. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah RA ketika ditanya oleh Uswah bin Al-Zubair RA mengenai maksud ayat 3 Surat An-Nisa' tersebut yaitu:
"Jika wali anak wanita tersebut khawatir atau tidak bisa berbuat adil terhadap anak yatim, maka wali tersebut tidak boleh mengawini anak yatim yang berada dalam perwaliannya itu. Tetapi ia wajib kawin dengan wanita lain yang ia senangi, seorang isteri sampai dengan empat, dengan syarat ia mampu berbuat adil terhadap isteri-isterinya, jika tidak, maka ia hanya boleh beristeri seorang dan inipun ia tidak boleh berbuat zhalim terhadap isteri yang seorang itu. Apabila ia masih takut pula akan berbuat zhalim terhadap isterinya yang seorang itu, maka tidak boleh ia kawin dengannya, tetapi ia harus mencukupkan dirinya dengan budak wanitanya." (8)
Sehubungan dengan ini, Syekh Muhammad Abduh mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir akan berlaku tidak adil. (9)
Jadi maksud ayat 3 Surat An-nisa' itu adalah bahwa kamu boleh mengawini yatim dalam asuhanmu dengan syarat ail. Bila tidak dapat berlaku demikian, hendaklah kamu memilih wanita yang lain saja. Sebab perempuan selain yatim yang dalam asuhanmu masih banyak jumlahnya. Namun jika kamu tidak dapat berbuat adil, maka kawinilah seorang wanita saja.
Sebelum turun ayat 3 Surat An-Nisa' diatas, banyak sahabat yang mempunyai isteri lebih dari empat orang, sesudah ada pembatalan paling banyak poligami itu empat, maka Rasulullah memerintahkan kepada sahabat-sahabat yang mempunyai isteri lebih dari empat, untuk menceraikan isteri-isterinya, seperti disebutkan dalam hadits yang artinya:
"Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ghailan bin Umaiyyah Al Tsaqafy yang waktu masuk Islam mempunyai sepuluh isteri, pilihlah empat diantara mereka dan ceraikanlah yang lainnya." (HR. Nasa'iy dan Daruquthni)
Dalam hadits lain disebutkan pula tentang pengakuan seorang sahabat bernama Qais bin Harits yang artinya:
"Saya masuk Islam bersama-sama dengan delapan isteri saya, lalu saya ceritakan kepada Nabi Muhammad SAW maka beliau bersabda: "Pilihlah empat orang dari mereka."
(HR. Abu Daud)
Berdasarkan pemahaman terhadap ayat dan hadits yang membatasi poligami, maka timbul pertanyaan: "Asas perkawinan dalam Islam termasuk monogami atau poligamikah?"
Dalam masalah ini ada dua pendapat:
Bahwa asas perkawinan dalam Islam itu Monogami.
Bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah Poligami
Golongan pertama beralasan bahwa Allah SWT memperbolehkan poligami itu dengan syarat harus adil. Mengenai keadilan ini harus dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam Surat An Nisa' ayat 129 yang artinya:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
Karena ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak akan ada seorangpun yang dapat berbuat adil, suatu petunjuk bahwa asas pernikahan dalam Islam adalah monogami.
Bagi yang berpendapat bahwa asas pernikahan itu adalah poligami, beralasan bahwa antara ayat 3 dan ayat 129 Surat An-Nisa' tidak terdapat pertentangan. Hanya saja keadilan yang dimaksud pada kedua ayat tersebut adalah keadilan lahiriyah yang dapat dikerjakan oleh manusia bukan adil dalam hal cinta dan kasih sayang.
Adil yang tidak dapat dilaksanakan oleh seseorang seperti tercantum dalam ayat 129 Surat An-Nisa' itu adalah adil dalam cinta dan jima'. Ini memang logis. Umpama dari Ahad giliran di rumah isteri pertama dengan memberikan nafkah batin, hari Senin giliran isteri kedua memberikan nafkah yang sama, demikian selanjutnya pada isteri ketiga dan keempat. Adil yang semacam ini jarang terjadi, sebab gairah untuk memberikan nafkah batin ini tidak selalu ada. Asalkan perbuatan itu tidak disengaja, maka itu tidak dosa.
Golongan yang berpendapat bahwa asas melaksanakan poligami hanya dalam keadaan memaksa atau darurat, Muhammad Rasyid Ridha mencantumkan beberapa hal yang boleh dijadikan alasan berpoligami, antara lain:
Isteri mandul
Isteri yang mempunyai penyakit yang dapat menghalangi suaminya untuk memberikan nafkah batin
Bila suami mempunyai kemauan seks luar biasa (over dosis), sehingga isterinya haid beberapa hari saja mengkhawatirkan dirinya berbuat serong
Bila suatu daerah yang jumlah perempuannya lebih banyak daripada laki-laki. Sehingga apabila tidak poligami mengakibatkan banyak wanita yang berbuat serong. (10)
Dari dua pendapat diatas, baik asas perkawinan itu monogami ataupun poligami, yang jelas Islam membolehkan adanya poligami, dengan syarat adil. Syarat adil ini merupakan suatu penghormatan kepada wanita bila tidak dipenuhi akan mendatangkan dosa. Kalau suami tidak berlaku adil kepada isterinya, berarti ia tidak Mu'asyarah bi Al-Ma'ruf kepada isterinya, sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Quran Surat An-Nisa' ayat 19 yang artinya:
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut (baik)." (11)
Dalam kedudukan suami sebagai pemimpin/kepala rumah tangga, ia wajib Mu'asyarah bi Al-Ma'ruf kepada isterinya. Ia tidak boleh berbuat semena-mena terhadap isterinya, karena dalam pergaulan hidup berumah tangga, isteri boleh menuntut pembatalan akad nikah dengan jalan khulu', bila suami tidak mau atau tidak mampu memberi nafkah, atau tidak berlaku adil, atau suami berbuat serong, penjudi, pemabuk, dan sebagainya, dan isteri tidak rela (lihat Surat Al-Baqarah ayat 229). Akibat khulu' suami tidak bisa ruju' tanpa persetujuan bekas isteri. Itulah konsekwensi bagi suami sebagai kepala rumah tangga yang tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya, yang berarti ia tidak bergaul secara patut/baik terhadap isterinya.
Poligami ialah mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang sama. Berpoligami atau menjalankan (melakukan) poligami sama dengan poligini yaitu mengawini beberapa wanita dalam waktu yang sama.
Drs. Sidi Ghazalba mengatakan bahwa Poligami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu orang perempuan. Lawannya adalah poliandri, yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa orang laki-laki.
Sebenarnya istilah poligami itu mengandung pengertian poligini dan poliandri. Tetapi karena poligami lebih banyak dikenal terutama di Indonesia dan negara-negara yang memakai hukum Islam, maka tanggapan tentang poligini ialah poligami. (3)
Tantangan orientalis terhadap Poligami
Para orientalis mengklaim bahwa poligami itu merupakan produk ajaran Islam. Dengan tujuan menteror produk dan menghina ajaran Islam, mereka banyak mengemukakan segi-segi negatif dalam berpoligami.
Kalau kita mengkaji sejarah, maka akan terbuka bahwa masalah poligami itu sudah sejak lama sebelum Islam datang. Bahkan poligami itu merupakan warisan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, sampai pada masa Martin Luther, seorang penganjur besar Protestan, tidak nampak adanya larangan poligami. Tujuan tersebut dapat dijawab dengan beberapa bukti sejarah, bahwa poligami sudah berjalan lama sebelum Islam datang, sebagai berikut:
Westernak berkata: "Poligami dengan sepengetahuan Dewan Gereja itu berjalan sampai abad ke 17 M."
Pada tahun 1650 M Majelis Tinggi Perancis mengeluarkan edaran tentang diperbolehkannya seorang laki-laki mengumpulkan dua orang isteri. Surat edaran itu dikeluarkan karena kurangnya kaum laki-laki akibat perang 30 tahun terus menerus.
Agama Yahudi memperbolehkan poligami yang tidak terbatas. Kenyataannya Nabi Yakub, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman mempunyai banyak isteri. Nabi Ibrahim juga mempunyai dua orang isteri Hajar dan Sarah.
Penduduk asli Australia, Amerika, Cina, Jerman dan Sisilia terkenal sebagai bangsa yang melakukan poligami sebelum datangnya agama masehi. Poligami yang mereka lakukan tanpa adanya batas dan tanpa adanya syarat-syarat keadilan terhadap beberapa isterinya.
Ahli pikir Inggris Harbert Sebenser dalam bukunya "Ilmu Masyarakat" menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, wanita diperjualbelikan atau digadaikan bahkan dipinjamkan. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh gereja dan berjalan sampai pertengahan abad 11 M.(4)
Dengan ini jelas bahwa poligami sudah menjadi kebudayaan pada masa sebelum Islam datang.
Melihat kenyataan yang jelas-jelas merendahkan martabat kaum wanita itu, maka Islam melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulnya, membenahi dan mengadakan penataan terhadap adat istiadat yang benar-benar tidak mendatangkan kemaslahatan dan meneruskan adat kebiasaan yang menjunjung tinggi martabat manusia, dalam hal ini termasuk masalah poligami yang tidak terbatas. Islam membolehkan poligami dengan syarat adil. Hal ini demi menjaga hak dan martabat wanita.
Hukum Poligami dalam Islam
Menurut Mahmud Syaltut --mantan Syekh Al-Azhar--, hukum poligami adalah mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para isteri. Jika terdapat kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya penganiayaan dan untuk melepaskan diri dari kemungkinan dosa yang dikhawatirkan itu, dianjurkan bagi kaum laki untuk mencukupkan beristeri satu orang saja. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa kebolehan berpoligami adalah terkait dengan terjaminnya keadilan dan tidak terjadinya penganiayaan (5) yaitu penganiayaan terhadap para isteri.
Zyamahsyari dalam kitabnya tafsir Al Kasy-syaaf mengatakan, bahwa poligami menurut syari'at Islam adalah suatu rukhshah (kelonggaran) ketika darurat. Sama halnya dengan rukhshah bagi musafir dan orang sakit yang dibolehkan buka puasa Ramadhan ketika dalam perjalanan. Darurat yang dimaksud adalah berkaitan dengan tabiat laki-laki dari segi kecenderungannya untuk bergaul lebih dari seorang isteri. Kecenderungan yang ada pada diri seorang laki-laki itulah seandainya syari'at Islam tidak memberikan kelonggaran berpoligami niscaya akan membawa kepada perzinaan, oleh sebab itu poligami diperbolehkan dalam Islam. (6)
Dasar hukum poligami disebutkan dalam surat an-Nisa' ayat 3 yang artinya:
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya." (7)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa para wali yatim boleh mengawini yatim asuhannya dengan syarat harus adil, yaitu harus memberi mas kawin kepadanya sebagaimana ia mengawini wanita lain. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah RA ketika ditanya oleh Uswah bin Al-Zubair RA mengenai maksud ayat 3 Surat An-Nisa' tersebut yaitu:
"Jika wali anak wanita tersebut khawatir atau tidak bisa berbuat adil terhadap anak yatim, maka wali tersebut tidak boleh mengawini anak yatim yang berada dalam perwaliannya itu. Tetapi ia wajib kawin dengan wanita lain yang ia senangi, seorang isteri sampai dengan empat, dengan syarat ia mampu berbuat adil terhadap isteri-isterinya, jika tidak, maka ia hanya boleh beristeri seorang dan inipun ia tidak boleh berbuat zhalim terhadap isteri yang seorang itu. Apabila ia masih takut pula akan berbuat zhalim terhadap isterinya yang seorang itu, maka tidak boleh ia kawin dengannya, tetapi ia harus mencukupkan dirinya dengan budak wanitanya." (8)
Sehubungan dengan ini, Syekh Muhammad Abduh mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir akan berlaku tidak adil. (9)
Jadi maksud ayat 3 Surat An-nisa' itu adalah bahwa kamu boleh mengawini yatim dalam asuhanmu dengan syarat ail. Bila tidak dapat berlaku demikian, hendaklah kamu memilih wanita yang lain saja. Sebab perempuan selain yatim yang dalam asuhanmu masih banyak jumlahnya. Namun jika kamu tidak dapat berbuat adil, maka kawinilah seorang wanita saja.
Sebelum turun ayat 3 Surat An-Nisa' diatas, banyak sahabat yang mempunyai isteri lebih dari empat orang, sesudah ada pembatalan paling banyak poligami itu empat, maka Rasulullah memerintahkan kepada sahabat-sahabat yang mempunyai isteri lebih dari empat, untuk menceraikan isteri-isterinya, seperti disebutkan dalam hadits yang artinya:
"Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ghailan bin Umaiyyah Al Tsaqafy yang waktu masuk Islam mempunyai sepuluh isteri, pilihlah empat diantara mereka dan ceraikanlah yang lainnya." (HR. Nasa'iy dan Daruquthni)
Dalam hadits lain disebutkan pula tentang pengakuan seorang sahabat bernama Qais bin Harits yang artinya:
"Saya masuk Islam bersama-sama dengan delapan isteri saya, lalu saya ceritakan kepada Nabi Muhammad SAW maka beliau bersabda: "Pilihlah empat orang dari mereka."
(HR. Abu Daud)
Berdasarkan pemahaman terhadap ayat dan hadits yang membatasi poligami, maka timbul pertanyaan: "Asas perkawinan dalam Islam termasuk monogami atau poligamikah?"
Dalam masalah ini ada dua pendapat:
Bahwa asas perkawinan dalam Islam itu Monogami.
Bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah Poligami
Golongan pertama beralasan bahwa Allah SWT memperbolehkan poligami itu dengan syarat harus adil. Mengenai keadilan ini harus dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam Surat An Nisa' ayat 129 yang artinya:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
Karena ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak akan ada seorangpun yang dapat berbuat adil, suatu petunjuk bahwa asas pernikahan dalam Islam adalah monogami.
Bagi yang berpendapat bahwa asas pernikahan itu adalah poligami, beralasan bahwa antara ayat 3 dan ayat 129 Surat An-Nisa' tidak terdapat pertentangan. Hanya saja keadilan yang dimaksud pada kedua ayat tersebut adalah keadilan lahiriyah yang dapat dikerjakan oleh manusia bukan adil dalam hal cinta dan kasih sayang.
Adil yang tidak dapat dilaksanakan oleh seseorang seperti tercantum dalam ayat 129 Surat An-Nisa' itu adalah adil dalam cinta dan jima'. Ini memang logis. Umpama dari Ahad giliran di rumah isteri pertama dengan memberikan nafkah batin, hari Senin giliran isteri kedua memberikan nafkah yang sama, demikian selanjutnya pada isteri ketiga dan keempat. Adil yang semacam ini jarang terjadi, sebab gairah untuk memberikan nafkah batin ini tidak selalu ada. Asalkan perbuatan itu tidak disengaja, maka itu tidak dosa.
Golongan yang berpendapat bahwa asas melaksanakan poligami hanya dalam keadaan memaksa atau darurat, Muhammad Rasyid Ridha mencantumkan beberapa hal yang boleh dijadikan alasan berpoligami, antara lain:
Isteri mandul
Isteri yang mempunyai penyakit yang dapat menghalangi suaminya untuk memberikan nafkah batin
Bila suami mempunyai kemauan seks luar biasa (over dosis), sehingga isterinya haid beberapa hari saja mengkhawatirkan dirinya berbuat serong
Bila suatu daerah yang jumlah perempuannya lebih banyak daripada laki-laki. Sehingga apabila tidak poligami mengakibatkan banyak wanita yang berbuat serong. (10)
Dari dua pendapat diatas, baik asas perkawinan itu monogami ataupun poligami, yang jelas Islam membolehkan adanya poligami, dengan syarat adil. Syarat adil ini merupakan suatu penghormatan kepada wanita bila tidak dipenuhi akan mendatangkan dosa. Kalau suami tidak berlaku adil kepada isterinya, berarti ia tidak Mu'asyarah bi Al-Ma'ruf kepada isterinya, sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Quran Surat An-Nisa' ayat 19 yang artinya:
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut (baik)." (11)
Dalam kedudukan suami sebagai pemimpin/kepala rumah tangga, ia wajib Mu'asyarah bi Al-Ma'ruf kepada isterinya. Ia tidak boleh berbuat semena-mena terhadap isterinya, karena dalam pergaulan hidup berumah tangga, isteri boleh menuntut pembatalan akad nikah dengan jalan khulu', bila suami tidak mau atau tidak mampu memberi nafkah, atau tidak berlaku adil, atau suami berbuat serong, penjudi, pemabuk, dan sebagainya, dan isteri tidak rela (lihat Surat Al-Baqarah ayat 229). Akibat khulu' suami tidak bisa ruju' tanpa persetujuan bekas isteri. Itulah konsekwensi bagi suami sebagai kepala rumah tangga yang tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya, yang berarti ia tidak bergaul secara patut/baik terhadap isterinya.
tunagrahita
PENGERTIAN TUNAGRAHITA
a. Lemah fikiran (feeble minded)
b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
c. Bodoh atau dungu (idiot)
d. Cacat mental
e. Mental Subnormal, dll.
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.
Anak- anak yang sulit berkomunikasi tidak selamanya itu adalah anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda. Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya biasa- biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang. Adapun tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik dibanding teman- temannya, tetapi mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indicator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan social sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pendapat diatas sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa perkembangan
c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan social
d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi
e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary perception)
f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
tunadaksa
Apakah peristilahan lain Tunadaksa ?
Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh
Lstilah lain dari Tunadaksa sbb:
Cacat Fisik
Cacat Orthopedi
Crippled
Phocially handicapped
Physically Disabled
Apakah Tunadaksa itu ?
Pengertian tunadaksa adalah sbb:
kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh
kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan.
Kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
Otak dan saraf tulang belakang
Klasifikasi Anak Tunadaksa
Klasifikasi Anak Tunadaksa terdiri dari:
kelainan pada sistem serebrai (Cerebral System
Disorders). Penggolongan Anak tunadaksa ini ke dalam sistem selebrai yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat. Celebral palsy digolongkan menjadi :
Derajat kecacatan
Topografi
Sosiolongi kelainan Gerak.
penggolongan Celebrai palsy menurut derajat kecatan meliputi :
Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan
Tampa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri
Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan
Untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri.
Golongan Berat, Golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.
Penggologan Celebral Palsy menurut Topografi
Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan.
Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, Al Tangan kanan dan khaki kanan.
Paraplegi, Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
Diplegi, Lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.
Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya.
Penggolongan menurut Fisiologi (Motorik), meliputi :
Spastik
Atetoid
Ataxia
Tremor
Rigid
Tipe campuran
Apakah Penyebab Tunadaksa
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otka dapat terjadi pada:
Sebab sebab sebelum lahir antara laian : terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (Kecelakaan).
Sebab sebab pada saat kelahiran, antara lain : Proses kelahiran terlalu lama, Proses kelahiran yang mengalami kesulitan Pemakaian Anestasi yang melebihi ketentuan.
Sebab sebab setela2h proses kelahiran, antara lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit, dan Ataxia.
• Karakteristik Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis Yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif Serta memisahkan diri dari lingkungannya. Di samping karakteristik tersebut terdapat problema Anak tunadaksa antara lain, gangguan taktil dan
Bagaimana lmplementasi Pendidikan Anak tunadaksa?
Pelayanan Pendidikan bagi anak Tunadaksa, Guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain : latihan bicara, fisioterapi, Occupational Therapy dan Hydro Therapy.
Anak Tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
Bagaimana Model Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa?
Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi:
Sakolah kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya.
Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.
Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh
Lstilah lain dari Tunadaksa sbb:
Cacat Fisik
Cacat Orthopedi
Crippled
Phocially handicapped
Physically Disabled
Apakah Tunadaksa itu ?
Pengertian tunadaksa adalah sbb:
kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh
kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan.
Kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
Otak dan saraf tulang belakang
Klasifikasi Anak Tunadaksa
Klasifikasi Anak Tunadaksa terdiri dari:
kelainan pada sistem serebrai (Cerebral System
Disorders). Penggolongan Anak tunadaksa ini ke dalam sistem selebrai yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat. Celebral palsy digolongkan menjadi :
Derajat kecacatan
Topografi
Sosiolongi kelainan Gerak.
penggolongan Celebrai palsy menurut derajat kecatan meliputi :
Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan
Tampa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri
Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan
Untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri.
Golongan Berat, Golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.
Penggologan Celebral Palsy menurut Topografi
Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan.
Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, Al Tangan kanan dan khaki kanan.
Paraplegi, Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
Diplegi, Lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.
Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya.
Penggolongan menurut Fisiologi (Motorik), meliputi :
Spastik
Atetoid
Ataxia
Tremor
Rigid
Tipe campuran
Apakah Penyebab Tunadaksa
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otka dapat terjadi pada:
Sebab sebab sebelum lahir antara laian : terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (Kecelakaan).
Sebab sebab pada saat kelahiran, antara lain : Proses kelahiran terlalu lama, Proses kelahiran yang mengalami kesulitan Pemakaian Anestasi yang melebihi ketentuan.
Sebab sebab setela2h proses kelahiran, antara lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit, dan Ataxia.
• Karakteristik Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis Yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif Serta memisahkan diri dari lingkungannya. Di samping karakteristik tersebut terdapat problema Anak tunadaksa antara lain, gangguan taktil dan
Bagaimana lmplementasi Pendidikan Anak tunadaksa?
Pelayanan Pendidikan bagi anak Tunadaksa, Guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain : latihan bicara, fisioterapi, Occupational Therapy dan Hydro Therapy.
Anak Tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
Bagaimana Model Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa?
Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi:
Sakolah kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya.
Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.
remaja awal
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa.
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif.
Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 – 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 – 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa.
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif.
Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 – 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 – 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.
dewasa awal
Menurut Elizabeth B. Hurlock, Masa Dewasa Awal (Young Adult Hood) adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
Pengertian lain dari Masa Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja. Ia dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini manusia berada pada tahap awal pembentukan kerjaya dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap kerjaya dan keluarga. Pada waktu ini juga seseorang akan menghadapi dilemma antara kerjaya dan keluarga. Pelbagai masalah mula timbul terutamanya dalam perkembangan kerjaya dan juga hubungan dalam keluarga. Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang.
Pada pertumbuhan fisiknya dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang (maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang menandai adanya transisi fisik.
Secara nyata perubahan ciri fisik dewasa awal tidak dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Menurut Piaget, pada tahap Masa Dewasa Awal ini, para dewasa muda sedang berada dalam tahap kognitif postformal thought. Cara pemikiran orang dewasa biasanya sudah fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistik. Biasanya ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan, sesuatu yang kontradiktif, ketidaksempurnaan, dan berkompromi.
Langganan:
Postingan (Atom)