Sabtu, 14 Mei 2011

obsesif kompulsif

A. Konsep Dasar Gangguan Obsesif-Kompulsif
1. Pengertian
a. Obsesif
- Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
- Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)

b. Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40-41)
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
2. Faktor Predisposisi dan Prepitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya gangguan proses pikir obsesif dan kompulsif adalah :
a. Faktor Biologis
- Neurotransmiter
Suatu disregulasi serotinin adalah terlibat dalam pembentukan gejala obsesif dan kompulsif dari gangguan . Data menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi neurotransmitter lain.
- Penelitia Pencitraan Otak
Dengan mennggunakan PET (Positron emession Tomography) ditemukan peningkatan aktivitas (sebagai contohnya ; metabolisme dan aliran darah) dilobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
Dengan menggunakan tomografi komputer (CT) dan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif .
- Genitika
Pada penelitian kesesuain pada anak kembar untuk gangguan obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.

b. Faktor Prilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesif adalah stimuli yang dibiasakan. Stimuli yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan, melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang tebiasakan yang mamapu menimbulkan kecemasan atau gangguan. Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda, seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional.
c. Faktor Psikososial
 Faktor Keperibadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan keperibadian obsesif-kompulsif . Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid ; dengan demikian, sejak keperibadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.
 Faktor Psikodinamika
Sigmud Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
1. Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek dan impuls yang mencetuskan kecemasan.
2. Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau menentuksn akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.
3. Pembentukan Reaksi (Raction Formation)
Pembentukan Reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang asecara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
 Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls ; yaitu fungsi ego dan juga fumgsi id, dipengaruhi oleh regresi yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.
 Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang menebabkan stress karena tidakefektifnya koping individu terhadap stress tersebut.

3. Tanda dan Gejala
Obsesif dan Kompulsif memiliki ciri tertentu, secara umum diantaranya :
1. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus menerus kedalam kesadaran sesorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman sseseorang tentang dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tiak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari smua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 % dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional.

Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian juga pada anak-anak remaja.



4. Pemerikasaan Status Mental
Pada pemerikasaan status mental, pasien gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan gejalagg defresif. Gejala tersebut ditemukan pada kira-kira 50 % dari semua pasien. Beberapa pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki karakter/sifat yang mengarahkan pada gangguan keperibadian obsesif-kompulsif , tetapi sebagian besar tidak.

5. Penatalaksanaan
Pernilaian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmakoterafi atau terapi perilaku atau kombinasiadl efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif-kompulsif .
a. Farmakoterafi
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonim (sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitorambilan kembali spesifik serotonin (SSRI : serotonin-spesifik Reuptake Inhibitor), seperti flouxitine (Prozac) dan selanjutnya pindah kestrategi farmakologis lain jika obat spesifik serotinin adalah tidak efektif.
b. Terapi Prilaku
Beberapa data menyatakan bhwa efek terapi perilaku lebih bermamfaat dan berlangsung lama jika dibandingkan dengan farmakoterapi. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah penerapan dan pencegahan respon. Desensititasi menghentikan pikiran, pembanjiran , tetapi implosi, dan pembiasaan tegas juga terlah digumnakan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.
c. Terapi Lain
Terapi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi untuk yang sangat kebal terhadap pengobatan terapi elektrokonvulsy (ECT) dan bedah psiko.
6. Perjalan Penyakit dan Prognosisnya
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset gejal yang tiba-tiba. Kira-kira 50% -70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebakan sters. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, maka sering kali telambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang untuk perhatian psiaktrik, walaupun ketrlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran atau gangguan tersebut duiantara orang awam dan professional. Perjalan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi ; beberapa pasien mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami perjalan penyakit yang konstan.
Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan defresi berat dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu perawata di rumah sakit, gangguan desfresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi dan adanya gangguan keperibadian (terutama gangguan keperibadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.






B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien, isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama, nomor rekam medik, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien dan keluarga tentang penyebab klien datang ke rumah sakit. Bagaimana koping keluarga yang sudah dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini.
c. Faktir predisposisi
Dapat dilaksanakan pengkajian pada keluarga, meliputi :
1. Riwaayat gangguan jiwa dimasa lalu.
2. Pengobatan yang pernah dilakukan.
3. Riwayat adanya peningkatan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga atau tindak kriminal, baik itu dilakukan, dialami atau disaksikan oleh klien.
4. Anggota keluarga yang memiliki perawatan gangguan jiwa.
d. Aspek Psikososial
Meliputi :
1. Pembuatan genogram minimal tiga generasi yang mengambarkan hubungan klien dengan keluarga.
2. Konsep diri ; ciri tubuh, identitas peran, ideal diri, dan harga diri.
3. Hubungan sosial ; data mengenai orang terdekat dengan klien, kegitan masyrakat yang pernah di ikuti klien.
4. Spritual ; pandangan, nilai dan keyakinan klien tentang gangguan jiwa sesuai dengan agamanya, kegitan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
e. Status Mental
1. Penampilan ; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2. Pembicaraan ; cepat, keras, gugup, membisu, apatis, lambat, inkoheren atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik ; kegelisahan, kelesuan, ketegaangan, agitasi, tremor, atau konpulsif.
4. Alam perasaan ; sedih, gembira, putus asa, ketakutan atau khawatir.
5. Afek ; datar, tumpul, labil dan tidak sesuai.
6. Iteraksi selama wawancara ; bermusuhan, tidak koperatif, kontak mata, defensif, curiga, mudah tersinggung.
7. Persepsi ; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya
8. Proses pikir ; kurang sirkumtansial, kongensial, kehilangan, asosiasi, flight of ideas, bloking, persekremasi.
9. Isi pikir ; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait, pikiran magis, waham.
10. Tingkat kesadaran ; binging, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
f. Kebutuhan kesiapan pulang
Observasi kemampuan klien untuk kebutuhan personal hygiene, makan, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dam diluar rumah.
g. Mekanisme koping
Kaji koping adaftif dan maladaftif yang biasa klien gunakan.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara klien maupun keluarga tentang penyakit jiwa. Faktor predisposisi, koping, system pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
i. Aspek medik
Menulis diagnosa medis menurut analisis dokter serta obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.


2. Analisis Data / Pengelompokan Data
Data yang didapat kemudian dikelompokan menjadi :
a. Data Subjektif (DS)
Klien mengungkapkan secara berulang kali tentang adanya isi pikiran yang kokoh ataupun pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu (obsesif).
b. Data Objektif (DO)
Terlihat adanya kegelisahan untuk menyalurkan obsesifnya (kompulsi). Adanya gangguan terhadap aktivitas/rutinitas normal. Tempat aktivitas motori ygn dilakukan berulang-ulang. Afek terlihat tumpul bahkan tidak sesuai.

3. Diagnosa Keperawatan
Maslah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan masalah utama ; perubahan proses pikir ; obsesif :
a. Gangguan aktivitas
b. Perubahan Proses pikir ; obsesif-kompulsif
c. Gangguan mkonsep diri ; harga diri rendah.
d. Tidakefektifnya koping individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar