Jumat, 17 Juni 2011

sejarah sa'i

h-122Dalam ibadah haji dan umrah, salah satu rukunnya adalah Sa”i. Ibadah Sa”i dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik sebanyak tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya.
Kedua bukit tersebut berjarak sekitar 405 meter. Ketika melintasi Bathnul Waadi, yaitu kawasan yang terletak di antara bukit Shafa dan bukit Marwah, para jamaah pria disunatkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan untuk jamaah wanita berjalan cepat. Ibadah Sa”i boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwudlu dan oleh wanita yang datang haid atau nifas.
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Dr KH Zakky Mubarak, mengatakan  untuk melaksanakan Sa”i sebaiknya jamaah   menghayati ibadah itu sendiri. Sehingga ketika pelaksanakannya bisa sangat memahami. “Dan, ibadah itu jadi bermakna,” ujarnya kepada Republika, Rabu (23/6).
Namun, sebelumnya, jamaah harus memahami betul bagaimana sejarah Sa”i tersebut menjadi salah satu rukun haji. Sa”I, kata dia, berawal dari kisah Siti Hajar, yakni istri Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS rela meninggalkan putra satu-satunya (Nabi Ismail AS) beserta ibundanya. Padahal anak tersebut dikaruniai Allah ketika usia Ibrahim sudah tua dan telah dinantikan bertahun-tahun. Mereka ditinggalkan di sebuah lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman (tandus) tanpa air, makanan dan perlindungan dekat dengan Baitullah. Hal tersebut digambarkan dalam Alquran surat Ibrahim ayat 37.
Kala itu, Ismail masih menyusu. Suatu hari perbekalan mereka habis, Ismail kelaparan dan kehausan, Siti Hajar lalu mencoba mencari sumber air dengan berlari-lari dari Safa ke Marwah
Demi seorang anak amanah Allah, Hajar pun terus mencari sumber air hingga tujuh kali.
Sampai suatu ketika, Allah menolong mereka dengan memberikan sumber air yang jernih, yang sekarang kita namakan air zam-zam.
Siti Hajar adalah wanita tabah dan ikhlas menerima semua ujian yang Allah berikan. Keikhlasannya menjadi sumber kekuatan. Kisah Siti Hajar ini diabadikan dan dikenang oleh seluruh umat Islam di dunia, sebagai rangkaian ibadah haji.
Walaupun ini merupakan kejadian yang sangat pahit dari awal hingga akhir, tapi juga merupakan peristiwa yang sangat manis. Kepahitan bercampur dengan kemanisan dan kemanisan bercampur dengan kepahitan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar